widget

Mengapa Terjadi Perselingkuhan di Tempat Kerja ?

Daripada pusing memikirkan harga-harga sembako atau harga BBM yang makin hari makin tidak terjangkau, atau berpikir tentang kasus-kasus korupsi yang tengah melanda anggota parlemen negeri ini, saya sejenak mengalihkan perhatian pembaca. Mari mencermati sebuah topik ringan yang mungkin tidak terlalu sedap untuk dibaca, perselingkuhan di tempat kerja. Sejenak pembaca mungkin berpikir bahwa artikel ini kurang menarik. Hmmm..jangan terburu-buru apriori dulu sebelum menyimaknya, karena boleh jadi diantara kita telah menjadi pelakunya atau yang paling tragis adalah korban dari perbuatan amoral ini. Setelah menikmati secangkir kopi atau teh panas di pagi hari atau sore hari sambil membaca opini ini, saya berharap pembaca dapat memperoleh pesan-pesan moral dan dapat menarik pengalaman berharga bahwa perselingkuhan di tempat kerja sangat rentan terjadi sadar atau tidak, dan menjadi ajang sensasi bagi pelakunya dalam mempertaruhkan moralitas.
Hampir tidak ada yang tidak kenal dengan kata selingkuh. Banyak orang dibuat terpana dengan kata-kata tersebut. Ada yang mempelesetkan selingkuh dengan selingan indah keluarga utuh. Dalam bahasa canda-canda biasa banyak yang berkata; selingkuh itu indah.. atau dikenal dengan istilah SLI. Bahkan saking ajaibnya perbuatan nyeleneh ini, banyak grup-grup musik yang melejit namanya dengan mengusung tema lagu tentang perselingkuhan hingga dijadikan ring tone handphone banyak orang dari segala kelompok umur. Intinya, perselingkuhan sudah menjadi trend modern dengan menggeser sebuah dogma-dogma moral, etika, budaya, maupun agama yang diusung padahal ia adalah momok yang teramat memalukan.

Selingkuh di tempat kerja, mengapa terjadi?
Semua sudah paham bahwa selingkuh adalah perbuatan hianat yang dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki pasangan tetap dengan membangun hubungan-hubungan khusus dengan orang atau pasangan lain. Perselingkuhan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Di tempat kerja perselingkuhan biasa terjadi karena dilandasi oleh beberapa faktor terlepas dari minimnya pendidikan moral yang dimiliki oleh seorang pekerja. Berselingkuh di tempat kerja yang melibatkan sesama pekerja dapat terjadi karena disebabkan oleh kuantitas dan kualitas pertemuan. Dalam sebuah kantor, tak jarang antara pekerja perempuan dan pekerja laki-laki membaur melakukan aktifitas tanpa ada batasan dan jarak dalam melakukan aktifitas secara bersama-sama. Dari kuantitas aktifitas bersama-sama ini selanjutnya berpotensi untuk mengarah pada pembicaraan-pembicaraan yang mula-mula hanya iseng selanjutnya menjurus ke yang berkualitas yang menimbulkan rasa nyaman dan bersifat pribadi pada saat jam-jam tertentu yang akhirnya melibatkan perasaan masing-masing pihak untuk melakukan hal-hal menyimpang.
Yang paling ironis dalam dunia kerja saat ini adalah adanya istilah "Asal Bos Senang" (ABS). Tidak tanggung-tanggung banyak yang berpacu dan berlomba untuk menapaki karir ke puncak tertinggi dalam sebuah institusi karena terobsesi dengan mimpi-mimpi untuk menjadi orang yang harus selalu dituruti kemauan dan keinginannya. Celakanya sebabagai bawahan yang mendapat pimpinan model seperti ini harus menerima nasib sebagai "the yes men" atau harus patuh apapun perintah atasan (bos) meskipun perintah itu sudah menyalahi undang-undang ketenagakerjaan maupun kode etik kerja yang telah diatur dalam standard operating procedures (SOP) intitusi tersebut. Sebagai bahan perenungan, kasus pelecehan sexual yang dilakukan oleh Presiden Clinton terhadap sekretarisnya, Monica Leuwinski yang menghebohkan dan mencoreng Gedung Putih serta membuat Hillary Clinton menjadi marah besar saat Clinton masih menjabat Presiden Amerika. Belum ada yang tahu pasti apakah kasus yang melilit Clinton itu terjadi karena atas dasar suka sama suka, ataukah dibalik kasus tersebut ada intrik politik yang digulirkan untuk meruntuhkan pamor Clinton. Yang tau hanyalah Clinton dengan Monica. Namun publik Amerika ramai-ramai menghujat Presiden Clinton telah melakukan perbuatan asusila karena Monica Leuwinski melaporkan perbuatan yang dilakukan Presiden Clinton atas dirinya entah karena motif apa.
Kasus ini semakin melegitimasi kita bahwa kuantitas dan kualitas pertemuan dalam suatu ruangan kerja yang didukung dengan suasana kerja yang mengharuskan pekerja berlainan jenis selalu berduaan dalam sebuah ruangan akan sangat rentan terjadi perselingkuhan (affair). Meskipun demikian, saya tidak selalu membenarkan anggapan ini, karena meskipun orang sering berdua-duaan, perselingkuhan tidak akan terjadi bila nilai-nilai moral dan keimanan tetap dipertahankan dari yang bersangkutan.
Dalam kehidupan dinamika kantor kita tidak dapat mengelak bahwa banyak diantara kita bergentayangan Clinton-Clinton gadungan yang dengan kemapanan dan kekohon sebuah posisi dalam sebuah institusi yang melenakannya, mereka berani melewati sebuah jalur terlarang (red zone) dan berani mempertaruhkan moralitasnya hanya untuk sebuah sensasi amoralnya. Para "pemain" ini sengaja bermain api dengan cara sembunyi-sembunyi namun sayangnya khalayak sudah banyak tahu sepak terjangnya. Mungkin benar kata pepatah, sepintar-pintar tupai melompat akhirnya jatuh juga. Atau sebaik-baik bangkai dibungkus akan tercium juga bau busuknya. Dan masih banyak lagi pepatah-pepatah kuno untuk mengkonotasikan perbuatan-perbuatan menyimpang dalam konteks perbuatan amoral ini.

Pendidikan moral di tempat kerja hanya simbolik
Makin maraknya kasus-kasus perselingkuhan yang melibatkan antara karyawan dengan karyawan maupun antara atasan dengan bawahan membuat kita semakin prihatin dengan fenomena sosial ini. Apalagi gaya hidup hedonisme yang mulai bergeser dari kota-kota megapolitan dan metropolitan menyebar menyerbu kehidupan masyarakat yang minim dan dangkal akan nilai-nilai moral maupun agama menjadikan kaum socialite (orang gaul) begitu terlena menjerumuskan hidupnya untuk menganggap selingkuh bukan lagi menjadi sesuatu yang haram apalagi tabu.
Kondisi kehidupan sosial kita saat ini sadar atau tidak makin diperparah dengan mudahnya akses tekhnologi dan informasi yang banyak mengekspos dan menyuguhkan tontonan gaya hidup bebas dan pemujaan kesenangan semu. Kita patut merenung, saat ini kita masih terpuruk ekonomi, akan tetapi keterpurukan yang paling parah adalah terjadinya degradasi dan dekadensi moral.
Dalam acara-acara ritual memperingati hari-hari besar keagamaan yang digelar dibeberapa kantor-kantor yang kerap menghadirkan tokoh-tokoh agama untuk menyampaikan pesan-pesan moral sesuai tuntunan agama, banyak merupakan kegiatan seremonial dan simbolik belaka. Pengamalan nilai-nilai pencerahan agama yang dilakukan tersebut hampir-hampir tidak mampu membendung hasrat-hasrat menyimpang dari pribadi-pribadi yang haus bersensasi tersebut. Padahal kita sesungguhnya tengah dibayang-bayangi oleh kematian yang setiap saat mengintai, namun sayangnya tidak lagi dipedulikan, sebab mati adalah akhir dari segala cerita dunia. Penyakit sosial ini sepintas relatif sulit diberantas bila tidak dibarengi dengan kesadaran yang tinggi untuk menjunjung tinggi moralitas di dunia kerja. Apalagi sanksi yang diberlakukan bagi orang-orang penikmat sensasi ini tidak mampu memberikan efek jera. Atau yang paling disayangkan banyak kasus-kasus perselingkuhan yang terjadi dalam dunia kerja sengaja ditutup-tutupi karena dianggap merupakan aib bagi intitusi. Membongkar aib ini sama saja mempermalukan institusi karena akan membongkar semua kasus perselingkuhan dalam sebuah intitusi tersebut dan taruhannya adalah jabatan bisa melayang karena publik dapat bereaksi seperti kasus yang menimpa Presiden Clinton.
Fenomena selingkuh begitu menggoda kita, dan mari kita sama-sama merenung menyikapi fenomena yang mulai terang-terangan dipertontonkan saat ini. Dan bagi para penikmatnya di tempat kerja yang masih terlena dengan sensasi menggiurkan ini perlu berhati-hati dan berpikir panjang akan segala konsekwensi dan resiko yang terjadi kelak, meskipun telah menganggap bahwa selingkuh itu indah karena sensasi yang ditawarkannya harus dilakukan secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

0 komentar: