widget

Kisah Mbah Kliewone dan Slamet Muridnya

Pada suatu pagi buta, seorang pemuda bernama Slamet mendatangi rumah gurunya yang biasa di panggil mbah Kliewone dan memang dikenal bijak di desa itu. Dia mengetuk pintu rumah dengan keras, sambil suaranya terdengar memanggil-manggil gurunya.

Mbah Kliewone sambil mengusap matanya karena masih mengantuk membuka pintu sambil berkata, "Ada apa anakku? Pagi-pagi begini mengganggu nyenyak tidurku. Ada sesuatu yang penting?" Pemuda menjawab, "Ampun mbah Kliewone, maafkan saya terpaksa mengganggu tidur mbah. Ada sesuatu yang ingin saya tanyakan." Mbah Kliewone kemudian mempersilahkan Slamet masuk ke dalam rumah dan pemuda itu pun segera menceritakan kegundahannya, yakni semalam dia bermimpi dijemput malaikat dan diajak pergi meninggalkan dunia ini. Dia ingin menolak tetapi sesuatu seperti memaksanya harus pergi. Saat tarik menarik itulah dia terbangun sambil berkeringat dan tidak dapat tidur lagi. Timbul perasaan takut dan tidak berdaya membayangkan bila malaikat benar-benar datang kepadanya.

Silamet kemudian bertanya kepada Mbah Kliewone, "Mbah, kapan kematian akan datang kepada manusia?" Mbah Kliewone menjawab, "Saya tidak tahu anakku. Kematian adalah rahasia Tuhan".
"Aaaakh, Mbah pasti tahu. Mbah kan selalu menjadi tempat bertanya bagi semua orang di daerah sini,” desak si murid. "Baiklah. Sebenarnya rata-rata manusia meninggal pada usia 70 sampai 75 tahun. Tetapi sebagian ada yang tidak mencapai atau lebih dari perkiraan tersebut." Merasa tidak puas dia kembali bertanya, "Jadi, umur berapakah manusia pantas untuk mati?" Sambil pandangannya menerawang keluar jendela, Mbah Kliewone menjawab, "Sesungguhnya, begitu manusia dilahirkan, proses penuaan langsung terjadi. Sejak saat itu, manusia semakin tua dan kapan pun bisa mengalami kematian". Slamet bertanya terus, "Lalu, bagaimana sebaiknya saya menjalani hidup ini?"

”Hidup sesungguhnya adalah saat ini, bukan besok atau kemarin. Hargai hidup yang singkat ini, jangan sia siakan waktu. Bekerjalah secara jujur dan bertanggung jawab, usahakan berbuat baik pada setiap kesempatan. Jangan takut mati, nikmati kehidupanmu! Mengerti?” Dengan wajah gembira Slamet berkata, "Terima kasih Mbah, saya mengerti. Saya akan belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh, berani menghadapi hidup ini, sekaligus menikmatinya. Saya pamit Mbah."

Hiduplah Saat Ini
Hiduplah saat ini, tidak usah menyesali hari kemarin, karena hari kemarin sudah berlalu, tidak usah cemas akan hari esok, karena hari esok belum datang!

Hari ini
Hanya hari ini yang menjanjikan kesuksesan , kebahagian bagi setiap orang yang mau dan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan penuh totalitas!
Sekali lagi.......
Hiduplah saat ini!!!

0 komentar: