widget

Carilah Tuhan di dalam rumah tanggamu



Carilah di mana Allah di dalam rumah tangga mu. Apakah Allah masih dibesarkan dalam solat yang kau dirikan bersama ahli keluarga mu? Apakah sudah lama rumah mu telah menjadi pusara akibat kegersangan dzikir dan suara bacaan al-Quran? Apakah sudah luput majelis ilmu yang menjadi tonggak dalam rumah tanggamu? 

Di mana pesan-pesan iman dan wasiat taqwa yang menjadi penawar ujian kebosanan, kejemuan dan keletihan ini?

Penyakit ego akan senantiasa menimpa jika hati sudah tidak terasa lagi kebesaran Allah. Orang yang ego hanya melihat kebesaran dirinya lalu memandang hina pasangannya. Hati yang ego itu haruslah segera dibasuh kembali dengan rasa bertauhid menelusuri ibadah-ibadah --khususnya melalui shalat, membaca al-Quran, berzikir, bersedekah– dan yang paling penting adalah majelis ilmu.

Allah berfirman:
“Dan berilah peringatan. Sesungguhnya peringatan itu memberi manfaat kepada orang mukmin.” (Adz-Dzariyat ayat 55)

Sedangkan orang mukmin saja perlu diperingatkan, apatah lagi kita yang belum mukmin? Iman itu, seperti yang dimaksudkan hadits, boleh bertmbah dan berkurang. Untuk memastikan ia sentiasa bertahan atau bertambah, hati perlu bermujahadah. Lawan hawa nafsu yang mengajak kepada ketakaburan dengan mengingat bahwa Allah sangat membenci kepada orang yang takabur, walaupun sasaran takabur itu adalah suami atau isteri sendiri.

Bila terasa bersalah, jangan malu mengaku salah. Segeranya mengakuinya dan hulurkan kata meminta maaf. Ular yang menyusur akar tidak akan hilang bisanya. Begitulah suami yang meminta maaf kepada isterinya. Dia tidak akan hilang kewibawaannya bahkan akan bertambah tinggi. Bukankah orang yang merendahkan diri akan ditinggikan Allah derajat dan martabatnya? Lunturkan ego diri dengan membiasakan diri meminta maaf.
Kita berada di dalam gelanggang rumah tangga bukan berada di ruang mahkamah. Kesalahan suami adalah kesalahan kita juga dan begitulah sebaliknya. Rumah tangga wadah segalanya. Perkawinan adalah suatu hubungan, bukan satu persaingan. Andai kita “menang” pun, lantas  apa gunanya? Padahal, kita akan terus hidup bersama, tidur sebantal dan berteduh di bawah naungan yang sama.

Mujahadahlah sekuat-kuatnya menentang ego ini. Bisikan selalu di hati, bahwa Allah selalu mencintai orang yang merendah diri dan Allah sangat membenci orang yang tinggi diri. Pandanglah pasangan kita sebagai sahabat yang paling rapat. Kita dan dia hakikatnya satu. Ya, hati kita masih dua, tetapi dengan iman ia menjadi satu.

Bukan satu dari segi bilangannya, tetapi satu dari segi rasa.

Sekali lagi, ingatlah satu hal, hanya dengan iman, takabur akan luntur dan cinta akan subur!.
Jika paku boleh berkarat, semen boleh retak, maka begitulah iman, ia juga akan naik dan menurun. Iman itu ada “virusnya”. Virus iman ialah ego (takabur). Jangan ada takabur, karena cinta pasti hancur. Orang takabur merasa dirinya lebih mulia dan pasangannya lebih hina. Jika demikian, manakah ada cinta? Cinta itu ibarat dua tangan yang saling bersentuhan. Tidak ada tangan yang lebih bersih. Dengan bersentuhan, keduanya saling membersihkan. Para istri juga punya ego. Mungkin karena merasa tidak sekuasa suami, atau tak memiliki keberanian, si isteri menunjukkan egonya dengan bermacam-macam-macam ragam. Mungkin karena tak ada kebaranian berkacak pinggang di depan suami, ia  akan memalingkan badan dan mukanya ketika di tempat tidur. Alhasil, cuaca rumah tangga menjadi muram. Rumah hanya jadi house tidak jadi home lagi. Tidak ada keceriaan, kehidupan dan manis dan kelembutan lagi. Semuanya bungkam. Ya, rumah (house) hanya sebuah bangungan yang didirikan dari bahan batu, kayu dan semen. Sementara rumah tangga (home) dibina dengan kasih sayang, cinta dan sikap saling menghormati. Jaman sekarang disaat peradaban  jauh dari nilai keislaman dan keimanan, dan banyaknya pemalingan dari nilai-nilai akidah, dimana kehidupan ini sebenarnya hanya milik Allah, kita semua harus senantiasa menjaga diri beserta keluarga, menghamba kepada Allah, memegang Qur'an dan Sunnah, ikutilan tuntunan Nabi dan para shahabatnya karena itulah cahaya, dan merekalah sepantasnya harus diikutin tanpa banyak nanya, mengeluh, dan merasa susah, karena itu karena mungkin kita kelamaan dijajah oleh jaman modernisasi yang bila tidak pintar-pintar memilah dan memilih kita senantiasa dalam kelalaian ini, padahal menjaga diri beserta keluarga itulah bagian dari ibadah, bagian dari kewajiban kita mengikuti hidayah Allah, sebagai bukti penyembahan dan kepatuhan seorang hamba kepada Robb-Nya didalam kehidupan yang fana ini.


0 komentar: