widget

Bila Suami Istri Berjauhan Karena Pekerjaan

Siapa, sih, pasangan yang mau tinggal berbeda kota? Tapi, bagaimana jika ini menjadi bagian dari pekerjaan yang tak bisa ditolak? Meski tinggal berjauhan, ada juga, kok, yang bisa melaluinya.

Pasangan Erna dan Andi baru menikah 5 tahun, namun mereka terpaksa tinggal berjauhan. Andi bekerja di Bandung karena mendapat promosi jabatan, sementara Erna memilih tetap tinggal di Jakarta, karena kariernya juga sedang bagus.

Untungnya, Agus sangat mengerti akan tugas Erna sehingga mengizinkan tinggal berjauhan bersama anak-anaknya. Toh, Andi tetap bisa pulang ke Jakarta setiap Sabtu dan Minggu. Apalagi jarak Jakarta-Bandung kini sudah dekat.

Meski berjauhan, pasangan ini tetap menjaga keharmonisan rumahtangganya dengan melakukan komunikasi. Hanya sesekali ada kekhawatirkan yang dirasakan Erna, yaitu jika terjadi hal mendadak yang perlu keputusan dari Agus.

Namun, semua itu bisa dilalui. Bahkan Erna mengaku, tinggal berjauhan tak mengurangi rasa nyaman, karena justru bisa menimbulkan rasa kangen. Lalu, apa saja yang perlu dilakukan agar keharmonisan rumahtangga tetap terjaga, meski tak tinggal satu atap?
Menurut Widiawati Bayu, psikolog dari Psychological Practice, yang dilakukan Andi sudah benar. Apalagi jika sudah punya anak dan kotanya pun masih dekat, di Bandung, paling tidak suami bisa menyempatkan diri pulang setiap akhir pekan.

„Sebaliknya, jika jaraknya jauh dan harus ditempuh dengan kereta api atau pesawat terbang, bisa diatur sedemikian rupa untuk bertemu setidaknya sebulan sekali," papar wanita yang akrab dipanggil Widi ini.
Widi menegaskan, jadwal pertemuan adalah hal penting bagi pasangan yang memilih tinggal berjauhan. Pertemuan jangan sampai dilakukan hanya setahun sekali, misalnya saat Lebaran atau Natal saja. Membina hubungan suami istri, bukan sekadar berkomunikasi saja.

Ada satu aspek yang harus selalu dijaga, yaitu rasa atau emosi. Jangan sampai aspek emosional ini menurun lalu menghilang dari sebuah pernikahan, sehingga akan sulit dibangun kembali. "Dalam satu rumah saja rasa ini bisa turun naik, apalagi pada pasangan yang tinggal berjauhan," tukas Widi.

Fenomena Orang Ketiga
Menumbuhkan rasa agar tetap terjaga bisa dilakukan melalui berbagai cara. Selain membuat jadwal pertemuan, paling tidak saling berkirim SMS setiap hari. Apalagi, kini zaman semakin canggih, mengirim SMS sangatlah mudah dilakukan. Semua hal dimudahkan dengan teknologi, jadi tak ada alasan untuk tidak menghubungi.
"Menelepon biayanya lebih mahal atau mengirim e-mail harus ada waktu khusus, nah SMS bisa dilakukan kapan saja. Tak mungkin beralasan tak ada waktu, kan?" ujar Widi sambil menyebutkan, banyak hal yang bisa ditanyakan melalui SMS.
Misalnya, menanyakan kabar, kegiatan yang dilakukan, sudah makan atau belum, atau menanyakan soal anak-anak. Nah, masalah yang paling banyak dialami akibat keterpisahan secara fisik ini adalah rentan berurusan dengan orang lain atau adanya orang ketiga.

Ujung-ujungnya memang sangat tergantung dari individu masing-masing. Ada yang ketika sedang ada masalah rumah tangga memilih tidak menceritakannya kepada orang lain. Tapi, banyak juga yang curhat kepada orang lain, bahkan lawan jenisnya.
Menurut Widi, "Jika merasa tak perlu curhat, ya jangan dilakukan. Apalagi bila curhat-nya ke lawan jenisnya. Awalnya hanya biasa saja, lama-lama karena ada kecocokan dan merasa nyambung, bisa-bisa hubungan ini berlanjut. Inilah yang berbahaya."
Akan lebih baik curhat ini dilakukan kepada pasangan sendiri. Atau, jika mau curhat lebih baik di lakukan dengan teman sesama jenis, bukan lawan jenis. "Kalaupun tak punya teman curhat, lakukan melalui telepon atau e-mail."

Jangan Sembarang Curhat
Di satu sisi, perasaan ingin langsung mencurahkan isi hati ketika dirundung masalah memang terkadang tak bisa dibendung. Bayangkan, betapa lamanya menunggu sebulan atau seminggu untuk curhat kepada sang istri.
Kalaupun akhirnya terpaksa harus curhat dengan lawan jenis, Widi menegaskan, harus bisa memilah hal apa yang boleh diceritakan dan apa yang tidak boleh. Tentu tak semua cerita keluarga harus diceritakan, ada beberapa hal yang sifatnya rahasia atau privasi.
Kedua, harus memiliki pola pikir, yang di-curhat-kan adalah sekadar teman, dan jangan coba-coba mengubah pikiran ini. Jadi jangan lebih dari itu. Widi mengingatkan, jangan coba-coba berharap ada hubungan lebih dari berteman, karena bisa terjadi ketergantungan. Akhirnya curhat hanya dijadikan alasan saja agar bisa bertemu dengan si lawan jenis.
Ada pepatah mengatakan "witing tresno jalaran suko kulino", semua memang berangkat dari biasa-biasa saja. Setelah mendapatkan respons baik, terjadilah kecocokan. "Yang seharusnya bertemu pasangan seminggu sekali, akhirnya jadi malas pulang karena lebih mementingkan bertemu orang lain."

0 komentar: